Rabu, 10 Juni 2009

hmmmm

kenapa..........kenapa.............

kenapa seperti ini semuaN.a :(

ternyata membuat cerpen melelahkan

Wait Again
Seperti biasa aku melangkah ringan begitu sampai di gerbang sekolah. Hari ini cuaca begitu cerah. Awal Juni ini telah kutunggu sejak lama. Kusapa beberapa temanku yang kebetulan berpapasan.
“Hei Mi, wah ceria banget nih!” sapa seorang temanku. Ternyat dia Sandi, temen baikku sejak SMP dulu.
“Iyalah San, akhirnya bulan Juni tiba juga. Tahu kan kamu kalau dari dulu aku nunggu bulan Juni ini”.
Kami berjalan beriringan menuju kelas, aku dan Sandi memang satu kelas. Terlintas dipikiranku, bulan Juni ini aku akan bertemu orang terkasih, Zhee. Betapa bahagianya aku tak lama lagi akan bertemu Zhee setelah setahun menunggu.
Penjelasan Pak Edi yang panjang lebar, ternyata tak mampu menghentikan lamunanku.Topik lamunan masuh seperti biasa, Zhee. Dia adalah pacarku selak SMP. Tapi karena dia harus ngelanjutin SMAnya di Jakarta, kami terpaksa long distance. Sejak perpisahan setahun yang lalu, kami sama sekali tidak saling berkomunikasi. Aneh memang. Zhee bilang kalau dia ingin aku bersekolah sungguh-sungguh tanpa memikirkan hubungan kami. Satu-satunya penghubung antara aku dan Zhee yaitu Sandi. Cowok itu yang selalu menyampaikan sms atau sekedar salam dari Zhee padaku. Kata zhee, agar saat kami bertemu tanggal 21 Juni besok, lebih surprise. Maka kuturuti saja apa katanya.
“ Emi, jangan ngelamun terus dong!!” teman sebelahku itu tiba-tiba menghancurkan lamunanku.
“ Eh, iya iya”.jawabku sekenanya.
****
Udara begitu panas. Masih kutunggu Sandi dengan setia yang sedang asyik main basket. Tadi malam, Zhee menelpon Sandi, makannya aku rela nunggu Sandi agar tahu apa yang Zhee katakan ditelpon.
“Sudah lama nunggu?”aku tersentak, dengan kedatangan Sandi yang tiba-tiba.
“Ya lumayan. Tadi malam Zhee ngomong apa, titip salam gak buat aku, tanggal 21 besok jadi kan?” tanyaku ingin segera mendapat jawabannya.
“Iya tapi pelan-pelan dong tanyanya! Tadi malem waktu Zhee telpon, dia ngasih puisi buat kamu, terus aku tulis. Nih puisinya!” jawabnya sambil menyerahkan secarik kertas.
“ tanks ya”. Segera kurebut kertas itu. Setengah berlari aku menuju gerbang sekolah agar cepat sampai rumah.
Sesampainya di rumah, aku segera masuk kamar. Beribu motif bintang menyambutku, begitu aku sampai di kamar. Mulai dari tempat tidur bergambar bintang, karpet motih bintang, bantal bentuk bintang, dan juga berbagai hiasan lainnya yang berhubungan dengan bintang. Semua karena Zhee, ia sangat menyukai bintang. Kubanting tubuhku di tempat tidur. Kubuka kertas pemberian Sandi di sekolah tadi.

Dalam hati menjerit menyebut namanya
Mata ini tak dapat tertahan ingin segera melihat wajah indahnya
Dan fikirku
Tak lagi bias terlepas memikirkan semua tentangnya
Sekarang aku tahu
Sekarng aku menyadari
Telah lama aku merindukanmu, bintangku,
Emy

“Zhee…..!!” Aku berteriak menyebut namanya,di balik bantal yang kututupkan pada mukaku. Ah, bahagianya kau membaca isi hatinya.
****
19 Juni 2008
Handphone yang sedari tadi menganggur kuambil. Aku menelepon Sandi, untuk membunuh waktu dalam kesepianku sedari tadi.
“Hallo San, lagi ngapain?” aku mulai membuka pembicaraan.
“Iya hallo juga Mi, lagi mikirin kamu nih, he he he”candanya
“ah kamu San bias aja, ada kabar terbaru gak dari Zhee?” tanyaku tanpa basa basi
“Ee Emi, kayaknya Zhee besok gak bakalan……!”
“Zhee gak bakaln apa, aku gak mau tahu pokoknya Zhee harus datang”emosiku meninggi, mendengar kata-kata Sandi
“Ta tapi Mi…” suara diseberang sana terdengar tak begitu jelas
Aku tak dapat lagi menjawabnya. Air mataku mulai membanjir. Apa iya Zhee bohong, Zhee ga datang. Sejuta pertanyaan berkecamuk di fikiranku.
“Emi kamu kenapa, kamu nangis ya?” aku tak menggubris pertanyaannya
“Dengerin dulu dong, tadi aku kan belum selesai ngomong. Aku mau bilang kalau Zhee gak bakalan bohong,dia pasti datang kok”. Jelasnya
Mataku berbinar. Senang sekali aku mendenarnya.
“Makasih ya San. Kamu kok baik banget si!” kuucapkan rasa terimakasih ku pada Sandi, sambil menghapus air mata yang terlanjur jatuh.
“Ya iya lah Mi, itu karna aku, aku…, aku kan sahabatnya Zhee, jadi aku harus baik juga sama ceweknya, iya kan?”
“Ah kamu gak berubah, masih suka ngeles terus”.
Setelah mentup telepon, aku segera bersiap tidur. Bersiap memimpikan Zhee nanti malam, dan dua hari berikutnya aku yakin pasti akan menjadi kenyataan.

Sabtu, 21 Juni 2008
Hari yang kutunggu, tiba. Sejak siang tadi aku mempersiapakn penampilan terbaikku untuk Zhee malam nanti. Aku ingin membuatnya lebih bahagia, begitu pikirku.
Di kursi paling ujung sebuah restoran, aku menunggu. Sengaja aku belum memesan apapun, hingga Zhee datang nanti. Satu jam berlalu. Udara di luar begitu dingin, sepertinya hujan akan segera turun.
“Zhee mana ya, kok belum datang juga ya?” pertanyaan yang hanya kulontarkan dalam hati itu mungkin yang keseratus kalinya kuucapakan. Namun, selalu kubuang perasaan cemasku, dengan mengenang hal-hal indah yang pernah aku dan Zhee alami bersama.
Jarum pendek pada arloji tanganku menunjuk angka sepuluh, tapi yang ditunggu tak juga menampakkan diri. Dalam kesendirianku menunggu, aku sebenarnya meraskan sesuatu yang aneh. Seseorang sepertinya mengintaiku. Tapi siapa??
“Maaf Mba, restoran kami akan segera ditutup”tiba-tiba seorang waiter datang.
“Sebentar ya, temenku belum datang, sebentar lagi pasti dia tiba”
“Maaf mba, tapi restoran kami harus ditutup jam 10 malam, jadi Mba bisa datang lagi lain hari saja.
Keyakinanku selama bertahun-tahun akhirnya mulai luntur. Sudah kutunggu ia lebih dari 2 jam. Akhirnya, aku harus keluar dari restoran. Aku kecewa. Tapi mungki,n rasa sayangku pada Zhee lebih besar dari pada kekecewaanku. Sesak sekali dadaku menahan tangis,kutekadkan hatiku untuk tetap menuggu Zhee.
Jalan didepan restoran mulai sepi. Mungkin hujan dan dingin telah berhasil membujuk mereka untuk tetap berada di rumah. Aku sayang kamu Zhee, aku akan tetap nunggu kamu, selalu kujeritkan kata-kata itu dalam hati. Di emperan restoran aku masih menunggu seorang Rezhee Pratama.Tapi aku terlalu lemah. Dan bendungan air matapun, akhirnya tumpah….
Tiba-tiba seseorang meraih pundakku. Aku terhenyak. Aku yakin itu Zhee. Kuputar tubuhku, sebelum akhirnya meneriakkan nama seorang yang sedari tadi kutunggu.
“Zhee…!!”harapku keluar, dari bibir yang sangat dingin terlapisi air hujan.
Betapa kecewanya aku, mengetahui orang di belakangku tak seperti yang kuharapkan. Dia bukan Zhee. Orang itu memendangku sayu, dipeluknya tubuhku dengan erat. Dia Sandi. Sandi yang memelukku, bukan Zhee.
“Cukup emi, cukup. Kamu jangn nunggu dia lagi, Zhee gak mungkin datang Mi!!”samar-samar aku mendengar suaranya yang tertelan deru hujan.
Tiba-tiba semuanya menjadi gelap. Bumi berputar, dan rasanya tak ada lagi kehidupan bagiku

“Sayang, kamu kenapa? bangun saying…”.suara lembut itu terdengar berkali-kali di telingaku. Berkali-kali aku ingin membuka mataku, tapi rasanya begitu berat. Hingga akhirnya seraut wajah sendu,berlinang air mata terpampang di depanku. Ah, mama masih setia menungguku. Sebenarnya aku tak ingin membuka mataku untuk selamanya setelah Zhee berbohong padaku, tapi aku kasihan pada mama. Setahun yang lalu papa telah meninggalkan kami berdua, mana mungkin aku tega membiarkan mama hidup sebatang kara.
“Maaf ma, Emy lagi ingin sendiri Ma”. Jawabku singkat.
Kuterawang lngit-langit kamar. Banyak sekali bintang menghiasi seisi kamaraku. Teringat lagi semua yang terjadi tadi malam. Zhee membohongiku. Begitu juga Sandi, dia pasti juga berbohong padaku. Sekarang aku sudah tak ingin lagi bertemu mereka. Aku sama sekali tak ingin mengetahui mengapa mereka berbuat sejahat itu padaku.
****
Pagi yang cerah ini, aku akan kembali masuk sekolah setelah 4 hari tak berangkat. Aku akan memulai hari baruku tanpa ada seorang Zhee lagi. Toh, masih ada mama dan teman-teman yang sangat baik padaku. Di depan gerbang sekolah tampak ceorang laki-laki mengenakan jaket merah. Siapa lagi kalu bukan Sandi. Tapi aku menjauhinya denagn bergabung bersama beberapa temenku. Hingga akhirnya aku sampai di kelas, dan ternya Sandi sudah berada di belakangku.
“ Mi, maafin aku. Aku tahu aku salah banget sama kamu, tapi aku gak tahu harus ngejelasinnya gimana sama kamu. Tiap kali aku mau bilang kalau Zhee gak akan datang kamu selalu nayain kabar dia dulu, nayain ka….”
“Udahlah San, aku dah ngelupain semuanya termasuk Zhee!”Jawabku sambil meletakkan tasku pada sebuah bangku.
“Tapi kamu maafin aku kan Mi?”
Aku berlalu dari hadapan Sandi. Aku tak peduli lagi padanya. Seketika itu juga aku keluar kelas untuk menghindarinya.
****
Sekarang semuanya menjadi lebih baik. Setelah aku melupakan Zhee dan juga tak memperdulikan Sandi, aku merasa labih bahagia. Aku tak lagi menunggu seseorang. Aku bebas. Malam ini aku dan mama sedang menonton TV, sekedar melepas lelah dan menemani mama menghabiskan malam. Tiba-tiba Handphoneku berdering. 1 message received, begitu yang terpampang di layar handphoneku. Kutekan Ok, dan kubaca sebuah pesan yang ternyata dari Sandi
Hi mi. Q tw kmu dh bnci bgt ma Aq.
Tpi sekli lGi mi, plz maafn aq.
O iy, smestr dpn aq sklh di Australi, ayahQ di mutasi.
Aku letakan Handphone ku di sofa. Aku benar-benar sudah tak peduli padanya. Malam ini aku tak dapat tidur. Pikiranku melayang pada Sandi. Benarkah dia akan pergi ke Australia? Sandi sahabat baikku sejak SMP akan pergi jauh. Dia selalu memenuhi apapun keinginanku. Yang aku tak mengerti darinya mengapa ia tega berbohong padaku.
****
“ Mi, dah tau belum, Sandi bakalan pindah ke Australi lho!” kata seorang temanku
“Tau”. Jawabku acuh sambil terus membaca buku.
“Kok kamu kayaknya ga peduli banget sih Mi, Sandi kan sahabat kamu!” Kata syifa tak jera bertanya padaku.
“Ya dah sana kamu aja yang peduliin dia!!” Sambil terus berpura-pura membaca buku aku tak memperdulikan Syifa lagi. Walau sebenarnya pikiranku melayang ke sosok yang dibicarakannya itu.

Sebuah kalender bergambar doraemon kuamati lekat-lekat. Kucoret lagi salah satu angkanya. Hari dimana semester satu akan selasai. Ini adalah hari terkhir, dan itu berarti Sandi akan meninggalkan Indonesia, meninggalkan aku. Sebenarnya aku sangat sedih dia akan pergi jauh, tapi aku sama sekali tak dapat mencegahnya, apa lagi hubungan aku dan dia sedak tak baik seperti ini.
“O iya, buku Biologi Sandi kan masih sama aku!” Kataku sendiri, tiba-tibe teringat pada bukunya yang telah lama kupinjam. Kujelajahi rak bukuku. Aku lupa dimana meletakkan buku itu. Hinga akhirnya ditumpukan paling bawah aku melihat buku itu dan tertera nama Sandi Aryan Reza di depannya.
“Aku harus mengembalikannya besok pagi” Kataku seolah meyakinkan diri. Sebenarnya aku tak ingin bertemu dengannya, tapi bagaimna lagi bukunya yang kupinam harus kukembalikan.
Sedikit membanting buku itu di tempat tidur, aku bernafas lega dapat menemukan buku itu. Tiba-tiba sebuah amplop warna biru jatuh dari sela halaman buku. Awalnya aku ragu untuk membukanya, tapi ternyata didepan amplop itu tertulis namaku. Jadi kubaca saja surat yang ada di dalamnya.


Dear Mia
Hallo Mi, aku ingin jujur tentang suatu hal ke kamu. Tapi aku berharap setelah kamu membaca surat ini, kamu tetap mau jadi teman baikku ya??? Sebenarnya apa yang akan aku katakan di surat ini nanti, sudah ingin aku katakan dari dulu. Tapi tiap aku mau ngomomng ke kamu aku gak bisa ngucapin, aku takut ngebuat hati kamu sakit.
Mi, sebenarnya Zhee pernah telepon aku sekitar bulan Desember tahun lalu dia bilang kalau dia sudah punya cewek lain di Jakarat. Dia berpesan supaya aku menyampaikannya ke kamu.Zhee juga berharap kamu bisa melupakan dia secepatnya. Kamu adalah cewek terbaik yang pernah dia kenal, begitu Mi kata-katanya yang terakhir.
Aku tahu semua ini salahku, aku gak bilang semua ini sama kamu.Aku sudah berusaha Mi buat bilang, tapi aku tahu kamu sayang banget sama Zhee, aku gak tega ngelihat kamu menangis. Kamu inget gak waktu suatu hari kita makan bareng di kantin, saat itu aku mau bilang Mi, tapi ternyata kamu justru lebih dahulun bilang gini Mi :” Kamu tahu gak San, Zhee itu satu-satunya cowok yang paling aku sayang. Aku gak tahu apa jadinya kalau aku kehilangan dia”. Inget kan Mie??
Beruntung banget ya Zhee, disang sama orang sebaik kamu. Semua puisi, salam, atau telepon yang aku bilang dari Zhee, semuanya bohong. Mungkin kamu sudah gak mau jadi sahabatku lagi setelah membaca surat ini. Dan kamu emang gak salah kalau kamu sudah gak mau jadi sahabatku lagi, mana ada sie ornag yang mau jadi sahabatnya seorang pembohong seperti aku ini….
Maaf Mi atas semua kebohonganku ini. Dan satu lagi, pembohong ini talah lancang berani mencintaimu secara diam-diam. Bukan rasa sayang sebagai sahabat, tapi rasa sayang seorang cowok ke cewek. Sekali lagi aku minta maaf.
Pembohong yang mencintaimu
Sandi
Sepertinya aku sudah tak dapat berdiri Menopang tubuhku setelah nembaca surat itu. Seluruh tubuhku lemas mengetahui semuanya. Selama bertahun-tahun ternyata aku telah menunggu dan menyayangi orang yang sama sekakli sudah tak peduli padaku. Aku juga bodoh, tak menyadari orang yang kuanggap pembohong, justru sayang padaku. Sandi, ah sahabat baikku itu ternyata jujur atau setidaknya sudah berusaha untuk jujur, tapi sayangnya surat ini terselip dalam buku dan tak pernah aku baca.
“Sekarang 9 malam, aku harus ke rumah Sandi, belum terlambat”.Aku berkata pada dirikiu sendiri. Segera aku bersiap, surat yang tadi kubaca kulipat lagi, kemudian kuselipkan dalam buku Biologinya Sandi yang kupinjam.
“ Ma, Mia ke rumah Sandi sebentar”teriakku sambil menutup pintu. Aku memilih jalan kaki karena rumah Sandi tak begitu jauh dari rumahku. Sedikit berlari menembus gerimis yang mulai datang, akhirnya aku tiba juga dirumah bercat biru itu. Segera kutekan bel di sudut halaman depan. Seraut wajah yang telah kukenal kemudian muncul dari balik pintu
“ Malam Tante, Sandinya ada?”tanyaku pada mamanya Sandi.
“Oh Mia, iya ada, bentarnya tante panggil Sandi sebentar” kemudian wanita yang telah berkepala empat itu masuk dalam rumah. Sekitar tiga menit aku menunggu Sandi. Aku persiapkan semua yang akan aku katakan padanya, termasuk permintaan maafku karena telah menuduhnya. Setelah menunggu, akhirnya sosok itu muncul juga.
“ Hai Mi, ada apa, tumben main kesini malam-malam?” suaranya terdengar tak seperti biasanya. Mungkin karena aku dan dia lebih dari seminggu tak saling bicara.
“ Sandi, aku kesini mau minta maaf, aku..,eh.,ee aku” Entah kenpa semua kata-kata yang tadi telah aku persipkan musnah. Semua kata-kata itu tercekat ditenggorokan. Ah, betapa bodohnya aku dihadapn Sandi.
“Kamu kenapa Mi?” Tanya Sandi kemudian.
“ San aku…” Aku masih berusaha untuk berbicara padanya, tetapi ternyat air mataku justru yang berkata. Aku menangis dihadapannya. Kami saling diam, kuserahkan surat itu padnya.
“ Oh, surat ini, maaf ya waktu itu aku…” suara Sandi terdengar jelas di telingaku.
“Aku yang harusnya minta maaf San. Kalau saja surat ini kubaca dari dulu pasti semuanya gak bakalan begini, aku pasti gak akan nunggu Zhee terus-terusan”. Dengan seenggukan, aku berusaha untuk dapat berbicara padanya.
“ Sudahlah Mi gak papa, mungkin Tuhan telah mengatur semua ini” ucap Sandi seraya menyandarkan kepalaku pada pundaknya.
“ Kamu kapan berangkan ke Australia, apa gak bisa dipending san?” tanyku
“Gak bisa Mi, aku harus berangkat besok pagi”.jawabnya lirih ditelingaku.
Tangisku masih tak berhenti dalam pelukannya…
****
“Pagi Ma, masak apa nih?”
“Masak ikan kesukaan kamu nih. Wah, tumben anak mama pagi-pagi begini sudah cantik, mau kemana sih?”Wanita ynag paling kusayang itu bertanya seraya merapikan meja makan.
“Hari ini Mia mau mengantar Sandi ke bandara Ma, ayahnya di mutasi ke Australia jadi Sandi dan keluarganya juga ikut”. Semoga saja mama tak menyadari suaraku yang sedikit parau menahan kesedihan.
Bandara sepertinya saat ini menjadi tempat yang paling kubenci, karena disini aku dan Sandi akan berpisah beberapa jam lagi. Sosok laki-laki yang telah menjadi sahabat sejak SMP dulu, tengah mengurus pasport di sudut ruangan sana. Kuingat semua yang pernah kami alami selama lebih dari tiga tahun. Terngiang semua candaan dan lelucon dari Sandi hingga membuatku tertawa lepas sangat bahgia.
“Hei, kok melamun sih!” orang yang tengah kupikirkan ternyata sudah berada di sampingku
“ Ah, gak kok” jawabku singkat. Aku berusah tampil ceria di hari perpisahan aku dan dia, walau hatiku sebenanya menangis.
“ Mi aku mau ngomong sesuatu, tapi kamu jangan marah ya?” Sandi mendekat dan meraih tanganku
“ iya, ngomong aja. Aku gak akan marah” jawabku
“Kamu dah baca suratku kemarin kan? Di surat itu aku juga bilang kalau aku sayang kamu. Sampai saat ini, perasaan itu gak pernah hilang. Aku pengin kamu mau jadi orang yang paling aku sayang, aku pingin jadi orang yang paling perhatian sama kamu, aku juga berharap yang sebaliknya denagn kamu. Aku ingin kamu jadi cewek yang paling aku cintai. Kamu mau kan Mi?”
Aku hanya diam. Yang disebelahku masih terus memandangku. Sahabatku sendiri ternyata mencintaiku.
“Lho Sandi kamu masih disini, penerbangan lima menit lagi lho”.Mamany Sandi tiba-tiba datang.
“Iya Ma, sebentar ya”. Wanita itu kemudian meninggalkan kami, seolah mengerti apa yang kami rasakan.
“Emi aku sayang kamu”. Sandi masih menunggu sepatah kat akeluar dari bibirku.
Kugigit bibir bawahku. Berharap sendu dari suara menahan kesediahn akan berkuarng. Aku telah berjanji tak akan menangis pada hari perpisahn kami ini.
“ Sandi, aku juga sayang kamu. Terbanglah ke Australia dan bawa rasa sayangmu ke sana. Jagalah raca cintamu disana. Dan aku akan menunggumu pulang membawa oleh-oleh kesetiaan untukku. Buktikanlah rasa cintamu, dan saat itu aku akan menjadi milikmu”. Jawabku, seolah semua kata-kat abegitu lancar terlontar. Aku masih menggigit bibir bawahku. Wanita cengeng seperti aku harus dapat tampil ceria di hari terakhir perjumpaan dengan orang yang kusayang, begitu pikirku.
“Baiklah kalau itu maumu Mi. Aku tak akan mengecewakanmu. Aku akan pulang membawa oleh-oleh kesetiaan seperti yang kamu minta, karena aku sayang kamu”. Ucap Sandi.
“Iya aku percaya”. Tangannya menggenggam erat tangnku. Aku berharap beberap tahu lagi tangan itu akan menggenggam tanganku lagi.
Pesawt itu akhirnya meninggalkan daratan. Membawa orang yang kusayang di dalamnya pergi menjauh dariku. Sekarang aku harus melewati hari-hari cerah tanpa Sandi, dan terus menungggunya kembali seperti yang pernah aku lakukan pada Zhee.s
Cinta adalah menikahi semua kekurangannya
dan semua kelebihannya hanyalah bonus!!!
Kebumen,29 Dec 08’-01 Jan 09’ c 08-01 jan 09kkkkk

catatan ketika tak ada kerjaan

Kacamata

Di luar kelas hujan masih mengguyur bumi, tapi apa yang Wulan rasakan ternyata berbanding 180 derajat. Soal-soal ulangan di papan tulis membuat semua peluh membanjiri tubuh mungilnya. Ia tak dapat melihat apa yamg ada di sana.
“Assalamualaikum”suara salam gadis itu membahana dengan semangat yang di paksakan.
“Wa’alaikumsalam, sudah pulang nduk! Shalat dulu sana, terus jangan lupa makan. Habis makan tolong anterin keripik ke rumahnya Mbok Minah ya”
“Iya Bu”jawab Wulan dengan senyuman yang oleh ibunya terlihat aneh karena sedikit dipaksakan.
Selesai shalat dan makan gadis berlesung pipit itu melaksanakan apa yang dikomandokan ibunya. Jarak 3 kilometer ditempuhnya denan sepeda reyot yang telah berubah warnanya dari hitam menjadi keabu-abuan. Langit di atas sana sepertinya hampir memuntahkan bebannya. Dikayuhnya sepeda itu lebih cepat. Sebagai anak yang lahir dari keluarga yang dapat dikatakan serba kekurangan. Betapa pahamnya ia akan berharganya nilai rupiah keripik yang ada dalam tas plastik hitam yang sedang dibawanya itu walaupun hanya dapat ditukarkan dengan lima ratus rupiah per buah. Kekhawatiran akan segera turunnya hujan ternyata juga ditemanai akan kekhawatiran terhadap dua indra penglihatannya yang tidak lagi berfungsi seperti biasa.
“Prang!!!” Ternyata suara itu bukan jatuh dari tangan seorang anak kecil tapi dari gadis berumur tujuh belas tahun. Dan piring itu bukan menjadi korban pertama kegalauannya. Masih terbayang siang hari tadi di sekolah saat Pak Cahyo mengumumkan hasil ulangan kimia. Sepertinya bumi akan menindihnya ketika ia tahu telah mendapat nilai terburuk di kelasnya. Teman-temannya pun tak kalah terkejut mengetahui bintang kelas mereka itu mendapat nilai 45 dalam ulangan.
Didengarnya semua wejangan-wejangan dari ibunya. Dihentikannya pekerjaan mencuci piring itu, dan ia menuju sebuah ruangan berukuran 3x4 meter. Dibukanya salah satu buku dan ia mencoba mengais-ngais semangat sedapatnya. Tapi keganjilan itu kembali datang, semua huruf-huruf di dalamnya kabur.
“Mbak Wulan, soal yang ini caranya gimana mbak?”Amy, adiknya datang dengan dahi yang sedikit terkerut.
“Yang mana Mi?”ternyata Wulan belum menyadari perubahan pada dirinya. Benarlah beberapa detik kemudian ia tersadar akan matanya yang tidak lagi dapat berfungsi normal.
“Aduh, tolong bacakan soalnya saja ya Mi!” Dibukanya dua mata bulat itu selebar-lebarnya berharap keajaiban datang agar tulisan di depannya itu dapat terbaca. Dan kegalauan itu ditutupnya rapat-rapat agar adik dan keluarganya tidak tahu apa yang terjadi padanya.
Pulang. Ya, hanya itu yang diinginkan Wulan sekarang. Semua mata pelajaran benar-benar tidak dapat masuk ke otak yang menurut teman-temannya brilian. Betapa inginnya ia menyalahkan matanya yang tidak lagi dapat berkompromi. Semua penglihatannya samar. Rita, gadis yang sekarang duduk disampingnya itulah yang pertama mengetahui perubahan pada teman dekatnya.
Hari berganti dengan kelabu. Ditatapnya mata jernih yang telah berubah lewat cermin. Ia pandang terus semakin dalam. “Apa yang terjadi denagn mataku?”.Ucapnya lirih diiringi muara air mata yang hangat meleleh.
“Kreeek!”.Deritan pintu di kamarnya mengisyaratkan ada yang memasukinya. Segera ia membalikan badan membelakangi pintu dan berpura-pura merapikan buku dari tasnya. Diuspanya air mata dengan lengan tangan kanannya.
“Mbak Wulan disuruh makan sama Bapak” Ami lah pemilik suara nyaring itu.
“ Iya Mi, sebentar lagi mbak nyusul” bergegaslah ia mdenghapus air mata dan kekhawatirannya. Dikembangkannya sebuah senyum percobaan di depan cermin sebelum meninggalkan kamar.

Suatu siang saat istirahat tiba.
“ Kamu kenapa sih Lan? Sudah dua kali ini ditegur Pak Cahyo”. Seorang temannya bertanya dengan kekhawatiran.
“ Aku juga tidak tahu Rit, aku sendiri juga bingung”. Sekenanya yang ditanya menjawab.
“Kita berteman sudah lama Lan, nggak ada salahnya kita berbagi kan?” Masih dengan kekhawatiran seorang teman baiknya itu bertanya.
“Yah, kamu benar”. Wulan ternyata tidak ingin menanggapi pertanyaan Rita
“Jadi….?”
“Jadi apanya?”
“ Ya jadi kamu kenapa?”
Bel masuk berbunyi, memaksa mereka mengakhiri pembicaraan itu, dan ini sangat menguntungakn bagi Wulan.
“Entah lah Rit. Maaf aku belum bisa cerita sekarang”. Sedikit rasa kecewa pada temannya itu di kubur saja dalam-dalam berusah mngerti bahwa Wulan sedang memiliki masalah yang belum boleh di ketahuinya.
Seorang laki-laki paruh baya memasuki kelas yang berada di ujung lapanagn SMAN 42 Semarang. Postur tubuh yang lumayan besar dan kumis yang tidak dapat dikatakan tipis sebagai ciri utamanya itu adalah seorang guru matematika. Setelah mejawab salam dari anak-anak didiknya itu melangkahlah ia ke depan kelas.
“ Anak-anak, beberapa bulan lagi akan diadakan lomba matematika karena itu sekolah telah menunjuk beberapa perwakilan untuk mengikuti seleksi yang nantinya siapaun yang palng unggul akan mewakili sekolah”Pak Wiratman berhenti beberapa detik untuk menarik nafas.
“Wulan!” guru itu meneruskan ucapannya
“Kamu salah satunya” Lanjutnya. Seluruh kelas bergemuruh dan serentak bertepuk tangan tanpa komando. Sedangkan sosok yang tengah menjadi pusat perhatian itu sedikit terkejut dan merasa senang pada saat itu juga. Tapi seketika suara tepuk tangan teman-temannya itu berbalik menjadi neraka.
“Mataku… bagaimana aku dapat mengerjakan soal denagn kondisi mataku sekarang ini? Bagaiman ini? Aku hanya akan membuat teman-teman ku kecewa…”. Semua pertanyaan dan ketakutannya bercampur. Ditariknya ujung kanan dan kiri mulutnya dan terus ia perlihatkan bahagia di depan tennya, bahagia penuh kegetiran.
Dijatuhkannya tubuh dan semua kelelahan di atas tempat tidur. Ingin rasanya menjerit melepas semua ketakutan yang terjadi pada matanya. Berfikirlah ia seandainya saat ini matanya normal tentu ia akan sangAt gembira dengan kesempatan yang telah didapatkannya itu. Bendungan dalam kelopak matanya jebol seiring dengan mengalirnya air mata.
Embun masih betah bertengger di dedaunan depan rumahnya. Burung-burung ternyata tak menyukai hawa dingin seperti ini hingga tak terdenar suara merdu darinya. Membuka mata dengan senyum ternyata sudah tak lagi menjadi kebiasaan Wulan. Ayahnya sedang bersiap-siap menyipkan perkakas di bengkel sepeda milik tetangganya, disanalah laki-laki itu mencari nafkah untuk keluaraganya.Sedangkan ibu dan adiknya sedang mengepulkan asap di dapur.
Siang itu, di sekolah.
“Kenapa sih kamu nggak mau cerita Lan?”
“Cerita apa?”
“Ini….!” Selembar kertas putih dan tampak lusuh diserahkan pada Wulan. Sedangkan yang empunya hanya diam saja karena tak tahu harus berkata apa. Kertas itu sehari yang lalu ternyata menjadi pelampisan akan kekhawatiran pada matanya. Wulan lupa untuk membuang kertas itu yang ternyata masih berada di laci meja tempat duduk mereka.
“Yah.., maafin aku, aku nggak mau manjadi beban orang lain”
Pulang sekolah Rita langsung menggandeng Wulan. Dikerahkannya tenaga untuk memaksa Wulan mengikutinya. Setibanya di depan sebuah tempat yang mirip toko mereka berhenti. Tapi ternyata itu bukanlah sebuah toko, diatasnya tertulis “sight center”, sebuah tempat pemeriksaan mata.
Masih terngiang kejadian sejam yang lalu. Astigmatisma. Yah, itulah yang dikatan petugas “sight center”. Masih teringat bagaimana petugas itu mengatakan untuk segera berobat. Tak tahu lagi bagaimana ia harus menyampaikannya pada ibu dan keluaraganya. Tak mungukin. Kalaupun ia bercerita kepada mereka itu hanya akan menjadi beban .Kacamata! Yah itu adalah salah satu alternatifnya. Kepesimisan itu kembali datang. Dari mana ia berharap memiliki sebuah kacamata, sedangkan hasil bekeraja ayah dan menjual keripik hanya cukup untuk makan.
Seleksi perlombaan diadakan dua minggu lagi. Tapi Wulan benar-benar tak ingin mengikutinya. Sepulang sekolah nanti ia berencana untuk menyampaikan pengunduran dirinya pada Pak Wiratman.
“Tapi kenapa Wulan, kesempatan seperti ini sanagat diinginkan teman-temanmu yang lain”.Suara bapak berkumis itu meninggi.
“Maaf Pak, saya benar-benar tidak bisa Pak”. Menudukalah Wulan menahan kesediahan ini.
“Bapak sebenarnya yakin akan kemampuanmu, sangat disayangkan kamu bersikap seperti ini”
“Pak, apa boleh saya menyampaikan usul Pak?”
“Usul apa?”
“Rita”.
“Rita?” terheran-heranlah laki-laki itu akan nama yang disebutkan Wulan.
“Iya, Rita. Saya yakin Rita dapat membawa nama baik sekolah ini Pak”.
“Wulan…., untuk perlombaan, sekolah tidak mungkin asal dalam memilih murid sebagai wakilnya. Dan Rita, maaf Bapak masih meragukannya.”
“Tapi Pak, saya yakin Rita bisa Pak. Memang selama ini Rita belum dapat memperlihatkan prestasinya, tapi pernyalah Pak, Ia sebenarnya memiliki kemampuan”
“Baiklah Bapak beri kesempatan Dia untuk menunjukan prestasinya pada ulangan pekan depan, tapi kalaupun nanti saat seleksi dia tidak lolos, Bapak tidak dapat berbuat banyak”
“Iya Pak, tentu”.Keluarlah Wulan dari ruang guru. Dan tanpa disangka dari kejauhan Rita tengah menunggunya.
“Aku mengundurkan diri, aku nggak ikut lomba”.Tersimpan sedikit kesedihan di hatinya saat mengucapkan.
“Apa! Ya ampun Wulan, kamu beruntung banget bisa ikut seleksi, harusnya kamu senang, apa lagi kalau kamu bisa menang nanti kamu bisa dapat beasiswa, dan kamu bisa membeli kacamata
“Ya memang benar, aku senang, aku bangga, aku juga ingin memiliki kacamata tapi ingat Rit penglihatanku kabur, benar-benar sulit untuk sekedar membaca soal.”
Argumen itu berakhir dengan sebuah tangisan. Akhirnya Wulanpun menyampaikan apa yang ia usulkan pada Pak Wiratman. Betapa terkejutnya Rita. Tak mungkin ia mengikuti seleksi itu, kalaupun mengikuti sudah tentu ia tak akan lolos, begitu pikirnya.
“Tolonglah Rit, sekali ini saja, tak ada salahnya kan kita berusaha dahulu”. Tanpa lelah Wulan meyakinkan Rita. Perdebatan itupun berkhir dengan anggukan Rita penuh keraguan.
Hari-hari ini sangat berbeda bagi Rita. Sehari-harinya hanya ia lewatkan untuk belajar, hanya demi sahabatnya, Wulan. Tak sedikit dari teman-teman yang mengolok-olok dirinya saat mereka tahu ia mengikuti seleksi lomba matematika. Tapi Wulan selalu memberikan semangat dan dukungan hingga Rita bertekad untuk dapat memenangkan lomba itu. Bahkan, setiap malam ia datang ke rumah Wulan untuk meminta untuk mengajarinya. Wulanpun sangat senang melihat semangat sahabatnnya itu. Hasil dari kerja kerasnya ternyata memuaskan. Rita berhasil lolos dari seleksi dan menjadi salah seorang dari dua siswa yang mewakili sekolah mengikuti lomba. Kacamata. Harapan memiliki benda itu semakin dekat.
Rabu, satu bulan kemudian. Hari yang dinanti dan diharapkan akhirnya datang. Waktu sudah menunjukan pukul 07.30 WIB. Bebarapa guru dan teman Rita menunggunya di depan sekolah dengan cemas. Mengapa di hari penting ini Rita belum juga datang, seribu pertanyaan memenuhi otak Wulan. Diliriknya jam dinding berkali-kali. Khawatir ia bila terjadi sesuatu dan tentu saja khawatir karena peserta lomba harus datang sebelum pukul 08.00 WIB.
“Kita sudah menunggu lebih dari sejam Wulan!”
“Iya Pak, sebentar lagi pasti Rita datang”. Harapan itu masih terus mengalir.
Dari kejauhan tampak sebuah becak membawa sesosok gadis. Dialah Rita. Tersenyum Wulan melihatnya. Tapi tiba-tiba senyum itu berubah menjadi keharuan. Kaki kanan Rita dibalut, ia mengalami kecelakaan sebelum berangkat ke sekolah dan harus dibawa ke rumah sakit terlebih dahulu. Dipeluknya sahabat terbaiknya itu. Betapa salutnya ia akan semangat dan pengorbanan dari sahabatnya. Ucapan terima kasih dan doa pun di ucapakn dengan sesenggukan. Tak lagi peduli ia akan kemenagan ataupun kekalahn nantinya.
“Semua untuk kamu Wulan, untuk kacamata yang kau impikan”.Ujarnya sesaat sebelum mobil Pak Wiratman membawanya ke tempat perlombaan,membawa sesosok sahabat sejati,beribu pengorbanan dengan berjuta impian.

Rabu, 20 Mei 2009

we are untitled


hawa2 "UNITLED"X.5 smansa :

Thanks for all..............

PuisiNa jadul

kulari ke hutan kemudian menyanyiku
kulari ke pantai kemudian teriakku
sepi… sepi.. dan sendiri aku benci
aku ingin bingar… aku mau di pasar
bosan aku dengan penat
dan enyah saja kau pekat
seperti berjelaga jika kusendiri

pecahkan saja gelasnya biar ramai
biar mengaduh sampai gaduh
ada malaikat menyulam
jaring laba laba belang di tembok keraton putih

kenapa tak goyangkan saja loncengnya
biar terdera
atau aku harus lari ke hutan
lalu ke pantai…

lirik-lirik laguN.a UNGU

Hampa Hatiku feat. Iis Dahlia & 7 Kurcaci

by Ungu

Pernah kah kau merasa

Pernah kah kau merasa

Cukup sudah kuberikan cintaku
Cukup sudah rasa ini untukkmu
Mati sudah hati ini padamu
Mati sudah hasrat ingin bersamamu

Chorus: 2x
Pernah kah kau merasa
Hatimu Hampa
Pernah kah kau merasa
Hatimu Kosong

Buang saja smua kata cintamu
Buang saja smua kata maafmu
Hancur sudah hati ini padamu
Hancur sudah hasrat ingin bersamamu

Chorus 2x

Pernahkah pernahkah kalau kau merasa
Di galaksi yang datang
Terasa gelap gulita tiada cahaya
Hanya gelap
Hitam dan kelam
Tak ada lagi suka tak ada rasa

Pernahkah
(Pernah pernah pernah pernah pernahkah)
Pernahkah kau merasa
Di saat diri terlelap
Mesti gemuruh kian beradu
Slalu mengganggu
Kau tetap terlelap dalam tidurmu

Maafkan aku sayangku
Bukan maksudku menyakitimu, menghianatimu
Ampuni aku sayangku
Jujur kukatakan aku tak lagi mencintaimu

Pernah kah kau merasa 3x

Chorus 2x


Saat Indah Bersamamu

by Ungu

By Oncy

Saat indah yang kulalui bersamamu
Melukiskan kisah cinta di dalam lubuk hati
Terbuai nafas cinta yang kau hembuskan
Sampai mati pun ku takkan bisa melupakanmu

Dan bila waktu akan ku buktikan janji itu
Kuserahkan padamu
Apapun yang ku mampu

Harus ku akui aku sayang kamu
Aku cinta kamu
Oh, hanya pada dirimu
Ku ingin kau mampu terima hatiku
Terima akan cintaku

Satu rasa yang haus
Menyentuh bayangmu
Menyisakan semua yang kurasa


Aku Datang Untuk Mencintaimu

by Ungu

Ku tau kau ragu akan hadirku cuba memasuki hidupmu

Ku tau kau takkan pernah percaya dengan kata cinta yang ada

Namun inilah diriku yang ada untuk dirimu,
Terimalah cintaku yang tulus dari hatiku,
Dengarlah pintaku untukmu.

Aku datang untuk mencintamu,berikan ayat terindah
tuk menyayangmu mendamaikan seluruh hidupmu,
tuk mencintamu memberikan ayat terindah
jadikan yang terbaik untukmu

Ku tau apa yang ada padaku takkan menyakinkan dirimu
Ku tau apa yang aku berikan takkan membuat engkau percaya

Namun inilah diriku yang ada untuk dirimu,
Terimalah cintaku yang tulus dari hatiku,
Dengarlah pintaku untukmu.

Aku datang untuk mencintamu,berikan ayat terindah
tuk menyayangmu mendamaikan seluruh hidupmu,
tuk mencintamu memberikan ayat terindah

ooo,oooo,huooo,haaa..

Jadikanku yang terbaik untuk
Jadikanku yang terbaik untukmu....


Ijinkan Aku

by Ungu

By Enda

Semua yang ku lihat ada pada dirimu
Seperti yang pernah kurasa
Dari kekasihku yang dulu, yang pernah singgah
Dalam peraduan cintaku

Andai saja bisa terucap dari mulutku
Yang kelu di hadapan dirimu
Mungkin semua takkan begini
Menyudutkanku terdiam kaku di hadapanmu

Ijinkan aku...
Menjadi kekasih hatimu yang baru
Ijinkan aku...
Menyatakan bahwa ku sayang padamu

Berjuta rasa yang telah tercipta
Melukiskan bayang dirimu
Semakin membuatku inginkan kamu
Menjadi kekasihku




Untukmu Selamanya

by Ungu

tak pernah aku mengerti

apa yang kini aku rasakan
kegelisahan hatiku saat ini

ku masih merindukanmu
walaupun kiniku tlah bersamanya
tak pernah mampu ku coba lupakanmu

Chorus:
sungguh tak bisa
ku mengganti dirimu dengan dirinya
sungguh tak sanggup aku
berpaling darimu

sungguh tak bisa
ku mencintainya tuk melupakanmu
sungguh tak sanggup aku
berpindah dari hatimu

Chorus 2x

sungguh tak bisa
ku mencintainya tuk melupakanmu
sungguh tak sanggup aku
berpindah dari hatimu



Waktu Yang Di Nanti

by Ungu

By Oncy

Cinta yang tulus dalam hatiku
Membuang semua hasrat dan mimpiku
Tuk bisa menyatakan sayang
Tuk bisa mengungkapkan semua
Pada dirimu

Tak mungkin bagiku tuk memilikimu
Segala rasa yang pasti tak mungkin
Tuk bisa kau terima semua
Tuk bisa ku nyatakan rasa
Ku cinta kamu

Ketika bunga tak bermekar lagi
Dan dunia tak mungkin berputar lagi
Saat cinta tak membakar hati ini
Kau kan tahu betapa ku mencintaimu
Betapa aku menginginkan kamu





Sabtu, 16 Mei 2009

UNGU cliquers

haduuududud betapa ungu...... luph u. Bukan sembarang band lagh...

ni die personil2Na

Pasha

Vokalis
Sigit Purnomo Syamsudin Said
TTL: Donggala, 27 November 1979
E-mail: pasha@unguband.com
Gabung dgn Ungu: November 1998
Sebelumnya: dengan band lain
Alat musik: Drum, Bass, Rhytm Guitar
Tinggi/berat badan: 173cm/60kg
Musikus favorit: Makki, Gesang
Warna favorit: Biru
Lulusan: ABA-ABI
Istri: Okky Agustina Sofyan(tapi uda cerai, hiks hiks)
Anak: Kisya Alfaro Putra Sigit,
Shakinah Adeliaputri Napasha

Makki

Bassis
Makki Omar Parikesit
TTL: Jakarta, 23 Oktober 1971
E-mail: makki@unguband.com
Gabung dgn Ungu: 1996 (founder)
Sebelumnya: Harris Ioni,
Joint Session, Lovina,
Studio Sessions
Alat musik: Bass, Drum, Guitar, Keys
Tinggi/berat badan: 173cm/80kg
Musikus favorit: Everyone @ Ungu,
Al Di Meola, Pastorius, Coltrane,
Django Reindhart
Warna favorit: Hitam
Lulusan: Indiana University, AS
Status: sudah menikah

Enda

Gitaris
Franco Medjaya Kusuma
TTL: Kudus, 4 Maret 1978
E-mail: enda@unguband.com
Gabung dgn Ungu: 2001
Sebelumnya: ngamen di band lain
Alat musik: Guitar dll
Tinggi/berat badan: 178cm/62kg
Musikus favorit: Joe Satriani,
Doel Sumbang
Warna favorit: Biru, Kuning
Lulusan: Univ. Sam Ratulangi
Istri: Eka Nilestari
Anak: Azara Leona Lucid

Onci

Gitaris
Arlonsy Miraldi
TTL: Palu, 2 Oktober 1981
E-mail: onci@unguband.com
Gabung dgn Ungu: 2003
Sebelumnya: Funky Kopral
Alat musik: Guitar
Warna favorit: Hitam

Rowman

Drummer
M. Nur Rohman
TTL: Jakarta, 9 Januari 1974
E-mail: rowman@unguband.com
Gabung dgn Ungu: 2001
Sebelumnya: band Garux
Alat musik: Drum
Musikus favorit: Metallica
Warna favorit: Oranye
Status: sudah menikah

Enda Ungu: Anak Akan Aman Ikut Jalur Orang Tuanya

Kapanlagi.com - Buah tidak jauh jatuh dari pohonnya, demikian peribahasa ini seperti pas disematkan pada Azzahra Leola Wicuda, anak pasangan gitaris Ungu, Enda dan istrinya Eka Nilestari. Pasalnya sejak usai satu tahun, Zahra, demikian biasa dipanggil, bakat bermusik sudah mulai terlihat.

"Sekarang dia mulai belajar piano. Saya ajarkan dia karena saya sendiri telat untuk belajar musik. Dulu waktu satu tahun dia sudah pegang-pegang mic sambil nyanyi-nyanyi," ungkap pria pemilik nama lengkap Franco Medjaya Kusuma saat ditemui di Pisa Kafe Menteng, Menteng, Jakarta, Rabu (6/5).

Ditambahkan, secara pribadi Enda bahagia atas ketertarikan Zahra di dunia musik, dan tidak tertutup kemungkinan akan diarahkan ke sana. Namun kekhawatiran usianya yang masih belia, juga menghantui pria yang bergabung dengan Ungu sejak 2001 itu.

"Maunya sih iya tapi nanti gimana karena dari kecil dicekoki musik dan nyanyian. Kebetulan di rumah ada studio, jadi dia sering main di sana," sambungnya.

Ditanya apakah Zahra akan dipaksa mengikuti jejak ayahnya? "Saya rasa aman jika anak mengikuti sesuai dengan bidang orang tuanya," pungkasnya sedikit berdiplomatis. (kpl/dis/dar)





Enda Ungu: Anak Akan Aman Ikut Jalur Orang Tuanya

Kapanlagi.com - Buah tidak jauh jatuh dari pohonnya, demikian peribahasa ini seperti pas disematkan pada Azzahra Leola Wicuda, anak pasangan gitaris Ungu, Enda dan istrinya Eka Nilestari. Pasalnya sejak usai satu tahun, Zahra, demikian biasa dipanggil, bakat bermusik sudah mulai terlihat.

"Sekarang dia mulai belajar piano. Saya ajarkan dia karena saya sendiri telat untuk belajar musik. Dulu waktu satu tahun dia sudah pegang-pegang mic sambil nyanyi-nyanyi," ungkap pria pemilik nama lengkap Franco Medjaya Kusuma saat ditemui di Pisa Kafe Menteng, Menteng, Jakarta, Rabu (6/5).

Ditambahkan, secara pribadi Enda bahagia atas ketertarikan Zahra di dunia musik, dan tidak tertutup kemungkinan akan diarahkan ke sana. Namun kekhawatiran usianya yang masih belia, juga menghantui pria yang bergabung dengan Ungu sejak 2001 itu.

"Maunya sih iya tapi nanti gimana karena dari kecil dicekoki musik dan nyanyian. Kebetulan di rumah ada studio, jadi dia sering main di sana," sambungnya.

Ditanya apakah Zahra akan dipaksa mengikuti jejak ayahnya? "Saya rasa aman jika anak mengikuti sesuai dengan bidang orang tuanya," pungkasnya sedikit berdiplomatis. (kpl/dis/dar)



Enda Ungu Usahakan Bawa Keluarga

Kapanlagi.com - Ibu mengasuh anak sudah biasa. Namun yang agak luar biasa ketika gitaris Ungu, Enda, dengan telaten menyuapi anaknya, Zahra, hingga selesai. Tak hanya itu dengan ringannya ia menggendong mengajak bermain anak perempuan berusia sekitar 2 tahun tujuh bulan ini. Hal tersebut tampak di Pisa Kafe Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (6/5).

Menurut Enda dirinya berusaha mengajak serta keluarga ke suatu tempat bila memungkinkan apalagi masih sekitaran Jakarta. Pasalnya jika sudah bekerja dengan Ungu apalagi di luar kota maka kesempatan seperti itu akan langka.

"Saya selalu ajak mereka kalau acaranya di Jakarta. Jadi gantian jangan istri yang terus menemani anak. Pas momennya asyik saya pasti ajak. Saya kan punya keluarga yang nggak normal, di mana kalau sudah kerja nggak bertemu dengan mereka. Takutnya nanti si anak nggak tahu siapa bapaknya. Sebab anak juga harus tahu siapa bapaknya," ucap Enda panjang lebar.

Pernyataan tersebut ada benarnya saat KapanLagi.com melihat bagaimana antusiasnya Zahra menemani Enda. Bahkan sesekali mereka bercanda di bawah tatapan Eka, istri Enda. (kpl/dis/npy)



an Pop Dengan Dangdut

Kapanlagi.com - Iis Dahlia kembali menunjukkan talentanya dengan berduet bersama Pasha Ungu dalam lagu terbaru Ungu, Hampa Hatiku. Dia mengaku tak kesulitan bernyanyi dengan Ungu yang notabene beda aliran musik dengannya, malahan Iis lebih ribet dengan kostum yang dikenakannya.

"Nggak sulit, biasa aja. Yang ribet kostumnya karena mesti arab-araban gitu deh. Ungu itu salah satu band yang paling saya gemari," akunya saat ditemui di Balai Sarbini selepas bernyanyi bersama Ungu dalam konser Penguasa Hati mereka, Jumat (01/05) malam kemarin.

"Gue nyanyi diminta Ungu langsung karena ada bagian dangdutnya," tambah Iis yang paling suka dengan lagu Dengan Nafasmu dan Hampa Hatiku milik Ungu ini.

Ditanya sekali lagi tentang kesulitan menggabungkan aliran pop dengan dangdut, Iis mengaku tak kesulitan. Malah yang menyulitkannya adalah lagu Jawa.

"Kan aku udah 20 tahun nyanyi. Paling yang masih susah itu lagu Jawa," pungkasnya. (kpl/ang/npy)




Karena Kegantengan, Rahma Azhari Ngefans Ungu

Kapanlagi.com - Aktris seksi tanah air, Rahma Azhari, ternyata mengaku jatuh cinta pada Ungu. Alasannya sendiri cukup klise, karena personelnya memiliki wajah yang rupawan.

"Sejak awal aku memang penggemar Ungu. Dulu waktu belum kenal mereka biasa-biasa saja, tapi pas nonton kok ternyata ganteng-ganteng," ujarnya saat ditemui di Balai Sarbini dalam konser Penguasa Hati yang digelar Jumat (01/05) malam kemarin.

Rahma sendiri mengaku datang ke konser itu karena diundang oleh Ungu. "Ini spesial diundang personil Ungu. Kebetulan nggak ada acara," katanya.

Ditanya tentang lagu-lagu Ungu, Rahma menuturkan dia menyukainya karena sesuai dengan kisah kehidupannya.

"Lagunya kan cinta dan patah hati, sesuai dengan kehidupan saya. Saya suka band-band luar, tapi setelah dengan band Ungu, kok ternyata Indonesia juga punya band bagus," tutur Rahma. (kpl/ang/npy)




Enda Bakal Gusur Pasha?

Kapanlagi.com - Salah satu personil Ungu yang juga gitaris, Enda, sumbang suara di album terbaru bertajuk PENGUASA HATI. Lewat lagu Badai Pasti Berlalu, Enda mencoba memaksimalkan kemampuan dalam berolah vokal. Sementara vokalis Ungu, Pasha, hanya mem-back up dari belakang. Hasilnya, semua personil angkat tangan. Mengenai ini ketahui kemarin (Rabu, 29/4) di Kama Sutra, Crowne Plaza Hotel, Jakarta Selatan, saat Ungu mengumumkan album kelimanya.

Menurut Pasha, suara Enda memiliki karakter yang khas dan unik serta dapat membalutnya dengan teknik falsetto. "Buat gue oke banget dia," katanya singkat.

Sementara Enda mengaku bahwa pada album tersebut ia ingin membuktikan jika ada yang beda dari Ungu selama ini. "Ini terobosan baru bagi Ungu, sebab gue juga nggak biasa nyanyi full track. Tapi dengan persiapan, hasilnya cukup baik," ujarnya.

Semula, lanjut Enda, lagu ini terdengar jump lantaran tidak ada kata-kata. Atas inisiatifnya akhirnya lagu tersebut diisi dengan vokalnya. "Suara gue akhirnya dipake karena lagu ini gue bawa ke rumah. Jadi otomatis pakai vokal gue dan anak-anak ternyata setuju," imbuhnya. (kpl/dis/boo)






Lewat 'Badai Kini Berlalu' Enda Mengeser Pasha

Kapanlagi.com - Sesuatu yang baru muncul dalam album terbaru grup musik Ungu, PENGUASA HATI. Pasha yang biasa membawakan lagu-lagu Ungu kini harus digantikan oleh basisnya, Enda, yang juga turut membawakan salah satu lagu dalam album tersebut. Enda 'mengeser' sang vokalis lewat lagu Badai Kini Berlalu.

"Lagu itu sebenarnya lagu terakhir yang jadi pada saat workshop pembuatan lagu. Waktu itu belum ada liriknya, dan aku yang membuat, terus aku juga yang menyanyikan," demikian kata Enda, dalam jumpa pers peluncuran album di Hotel Crown, Jakarta, Rabu (29/4) sore.

Sementara vokalis Ungu, Pasha memuji Enda menyanyikan Badai Kini Berlalu dengan karakter unik berteknik menyanyi falsetto.

Selain itu, dalam album PENGUASA HATI yang akan diluncurkan pada 1 Mei besok, Ungu tidak hanya menampilkan lagu-lagu bertema percintaan, tetapi juga sebuah lagu bernuansa nasionalisme lewat lagu berjudul Indonesiaku dan Yang Pertama.

Album tersebut berisi 12 lagu yaitu Akulah Cintamu, Dilema Cinta, Hampa Hatiku, Ku Ingin Selamanya, Beri Aku Waktu, Kau Tahu, Indonesiaku, Yang Pertama, Luka Disini, Terang Dalam Gelap, Badai Kini Berlalu, dan Penguasa Hatiku.

Bersamaan dengan peluncuran album kelima mereka, Ungu juga meluncurkan buku yang berisi akord dan penjelasan lagu-lagu di album barunya tersebut. (kpl/dar)



Ungu foreverrrrrrr

mereka yng berati dalam hidupku

Hanya dari seorang gadis kecil yang masih sering menangis, diucapakan terima kasih banyak buat mereka2 yang uda ngebuat hidupku berarti.

Ibu : makasii uda cape'2 n mengeluarkan tri uang "nbajug" ini dari rahim mu. Maksii buat semua samudra kasih sayngnya selama ini. Maafkan ur d'last child mu ni ea,,, sering bangun siang, ega mau bantu2, susah banget kalo suruh nyuci pagi, n semua kesalahan mulai dari detik pertama lahir mpe sekarang. Luph u Mom :)

Bapak : Makasii uda mau cape2 kerja buat tri, mba, n ma2s. Maksii uda mau ngebelin apa yang aq minta( bapak ornagnya paling mudah bilang "ya" hwahahahah") Oya, maaf bapak tri sering ngerasani bpak kalo lagi ngerokok dirumah....hehehehe

Mba : Makasii mba buat semua "warisan"nya, hehehehe. Makasii uda mw jadi mba yang baik. Sebenere tri sering kangen kalo lagi pada di jogja, tapi sebel juga kalo pada pulang, cz aq bakalan jadi pembantu, hwa hahaha mba nyuruh ini, mba nyuruh itu. xixixixixi

Mas: Makasii uda sering bantu trii belajar, tapi aq paling takut kalo diajarinNa ma mas coz lebih banyak ngritiknya sih, heheheh (duh, pokoe mpe ngerasa bodo bnget)



Guru n teman2 TK: Tk terbiyatul Masyitoh lupa angkatan berapa maksii uda jadi pengenal yang pertama dalam belajar. Kejadian yang paling diinget jatuh dari ayunan gara2 didorong sma seorang temen cwo( heh buat yang ngerasa, kapan mau minta maaf???heheheh) Kejadin yang lain, pulang dari Tk ke rumah tetangga, nebeng makan, pulang kerumah terus dimarahin gara2 itu. hadudududuh

Guru n teman2 SD : SDn 5 Panjer, makasiii uda nagsih semuanya. hAL yang paling diiget kelas 3 main kasti sama ka2k kelas mesti berantem ujung2nya....hehehhe sampe bosen jadi pembawa acara upacara hari senin, n yang mengesankan membawakan pidato waktu perpisahan, hoohoohoo

Guru n tema2n smp. Smp 3 kebumen wabil khusus kelas 7b,8a, 9b seangkatan makasii uda ngenalin arti semangan n persahabatan, Buwat "Ndul"Nindya Aprilia yang du2k semeja ma aq, maksii ys uda nularin semangatnya :)

Guru n teman2 SMA N 1 Kebumen: Wah, benar2 aq beruntung bisa mngenal kalian. Buat anax2 iwax_pat makasii sagat ya.... N anak2 UNTITLED aq bahagia mengenal kalian, makasiii uda sering ngjak ketawa, makasiii makasiii

teman2 panggel : Wah kalian. Baut tia, arju, nina, wati, dyah, maba nurul n semua makasii uada ngagumin aq juga uda sering ngetawain aq, Wakakakkakak. Aq betah, aqu senang bisa lahir n besar di panggel kita tertcinta ini.

semua.................... semua yang belum aq sebutin karna uda cape ngetik :-) hatur nuwun, terima kasih, thanks, matur nuwun yayaya